KEMULIAAN ADAM عليه السلام

8 menit baca
KEMULIAAN ADAM عليه السلام
KEMULIAAN ADAM عليه السلام

Al-Ustadz Idral Harits Thalib Abrar حفظه الله تعالى
SETELAH ALAM SEMESTA INI TERCIPTA DALAM ENAM MASA, DARI AHAD HlNGGA JUMAT, ALLAH سبحانه وتعالى MULAI MENCIPTAKAN MAKHLUK BARU. DAN SEBAGAIMANA TELAH
DICERITAKAN DALAM EDISI LALU, MAKHLUK ITU DICIPTAKAN SESUDAH ASHAR MENJELANG MAGHRIB.

Itulah manusia pertama yang Allah ciptakan dengan kedua Tangan-Nya yang Maha Mulia. Sebelum itu, para maIaikat sempat bertanya ketika Allah سبحانه وتعالى hendak menciptakan makhluk-Nya ini. Allah عزوجل berfirman yang artinya, ”Ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, ’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ’Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan-Mu❓”

Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang benar❗’ Mereka menjawab, ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Allah berfirman, ’Hai Adam, beritahukanIah kepada mereka nama-nama benda ini.’ Setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, ‘Bukankah sudah Aku katakan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mmgetahui apa yang kalian tampakkan dan kalian sembunyikan ❓” Dan (ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam❗” Maka sujudlah mereka kecuali lblis. Ia enggan dan sombong, ia termasuk golongan yang kafir.”
[Q.S. Al Baqarah: 30-34].

Allah سبحانه وتعالى Maha Bijaksana dalam memberlakukan syariat-Nya kepada para hamba-Nya. Ketika dengan hikmah-Nya Dia hendak menciptakan Adam sebagai bapak moyang manusia yang Allah lebihkan dari makhluk yang lain, Allah memberitakannya kepada para malaikat:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ

”Ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengganti) di muka bumi.'” Yang akan menggantikan makhluk sebelumnya, tidak ada satu pun yang mengetahuinya selain Allah.

Para malaikat itu berkata
sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى:

أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ

“Apakah Engkau hendak menjadikannya (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah❓”

Inilah tanggapan mereka, sebagai bentuk pengagungan terhadap Rabb mereka, Allah عزوجل. Ketika Allah سبحانه وتعالى menciptakan makhluk yang mirip akhlaknya dengan makhluk sebelumnya.

Bisa jadi pula, para malaikat merespon demikian karena Allah menerangkan kepada mereka bahwa Dia akan menciptakan Adam dan orang-orang jahat di antara anak cucunya.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”

Di sini, Allah سبحانه وتعالى menerangkan kesempurnaan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, yang ghaib ataupun yang nyata,yang telah terjadi, sedang terjadi, ataupun yang belum terjadi, dan bagaimana terjadinya. Karena itu, Allah سبحانه وتعالى sudah Iebih mengetahui apa saja yang muncul dari makhluk-Nya, jenis manusia ini. Semua kebaikan dan keburukan yang berasal dari makhluk tersebut sudah diketahui oleh Allah سبحانه وتعالى.

Setelah proses penciptaan makhluk baru ini selesai dan ruh sudah mengisi jasadnya,¹ Allah سبحانه وتعالى mengajarinya nama semua yang ada. Ilmu yang sempuma akan menumbuhkan akhlak yang sempurna.

Kemudian Allah سبحانه وتعالى ingin menampakkan keutamaan makhluk ini. Dia pun menawarkan kepada para malaikat itu untuk menerangkan nama-nama segala sesuatu tersebut:

أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang yang benar❗” Yang dimaksud “benar” yakni sebagaimana tersirat dalam ucapan kalian bahwa tidak menciptakan makhluk ini adalah lebih utama.² Ternyata para malaikat itu tidak mampu menyebutkannya, dan mereka berkata sebagaimana dalam ayat:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Al ‘Alim artinya Yang Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi dan luput dari-Nya meskipun sebesar biji sawi, baik di langit maupun di bumi. Tidak pula Iuput dari-Nya sesuatu yang lebih kecil atau lebih besar dari itu.

Al Hakim ialah Yang Mempunyai hikmah sempurna. Tidak satu makhluk pun terkecualikan dari hikmah tersebut. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, juga tidak memerintahkan atau melarang dari sesuatu dengan percuma. Hikmah itu sendiri artinya adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya yang sesuai.

Kemudian AIIah سبحانه وتعالى memerintahkan agar Adam menerangkan nama-nama tersebut kepada para malaikat:

يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ

“Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.”

Yaitu nama-nama yang telah Allah kemukakan kepada para malaikat,
tetapi mereka tidak mampu memberitahukannya.

فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ

“Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu”, menjadi jelaslah bagi para malaikat keutamaan Adam عليه السلام atas mereka serta hikmah Al Bari (Allah سبحانه وتعالى) dan ilmu-Nya ketika mengangkat khalifah ini. “

Akhirnya mereka memuliakan Adam setinggi-tingginya. Dan Allah hendak menampakkan pula sikap tersebut kepada Adam secara Iahir dan batin. Maka Dia berkata kepada para malaikat:

اسْجُدُوا لِآدَمَ

”Sujudlah kalian kepada Adam,” sebagai bentuk penghormatan kepada Adam sekaligus merupakan ibadah ketaatan kalian kepada Rabbmu yang telah menciptakan kalian dan menciptakan Adam.

Serta merta para malaikat itu pun bersegera sujud menghormati Adam, bukan sujud dalam rangka beribadah kepada Adam, karena ibadah adalah hak asasi Allah سبحانه وتعالى yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun. Justru ini merupakan ibadah kepada Allah karena telah merealisasikan perintah-Nya.

Tetapi, di antara mereka, walaupun bukan dari jenis mereka, ada satu makhluk yang dicipta dari api, dengan pongah hanya melihat mereka yang sujud kepada Adam. Dia sendiri enggan untuk merendahkan keningnya sujud menghormati Adam, sombong untuk menundukkan diri menaati Rabbnya yang telah menciptakannya.

Itulah Iblis; semoga Allah menyelamatkan kita dari kedengkian dan kejahatannya. Dia merasa lebih mulia dan terhormat daripada Adam.

“Aku diciptakan dari api, sedangkan dia dari tanah. Padahal api itu lebih baik daripada tanah.

Itulah yang dikatakannya ketika Allah سبحانه وتعالى berfirman:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (٧٥)
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (٧٦)

“Allah berfirman, ‘Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada makhluk yang telah Aku ciptakan dengan kedua Tangan-Ku ❓ Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi❓’ Iblis berkata, ‘Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’”
[Q.S. Shad: 75-76].

Sebuah kesalahan yang berangkat dari kebodohan. Analogi yang tidak pada tempatnya, karena dengan cara itu dia berani menyanggah perintah Allah yang telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada.

Allah سبحانه وتعالى bukannya tidak tahu akan hal ini, bahkan Allah عزوجل berfirman:

أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

“Bukankah sudah Kukatakan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia Iangit dan bumi dan mengetahui apa yang kalian Iahirkan dan apa yang kalian sembunyikan❓“ Itulah salah satu hikmah Allah Maha Sempurna dalam segala hal yang layak bagi-Nya.

Analogi lblis ini adalah sebuah kebodohan dan kezaliman. Kesalahan -bahkan kerusakan- analogi yang dilakukannya terlihat jelas dari lima sisi, yaitu:

Yang pertama,
dia mengaku-aku bahwa api Iebih baik dari tanah. Hal ini bisa saja ditolak karena pada tanah itu ada ketenangan, kewibawaan, ketetapan, keteguhan, menahan, dan sejenisnya. Adapun api, dia ringan, tajam dan ganas.

Kedua,
seandainya api itu lebih baik dari tanah, maka tidaklah menjadi keharusan, makhluk yang tercipta dari sesuatu yang lebih baik akan lebih baik juga. Karena turunannya bisa jadi dikaruniai sesuatu yang tidak ada pada asalnya. Dari tanah ini pula diciptakan beberapa jenis hewan dan tumbuhan serta barang-barang tambang, yang sebagian lebih baik daripada asalnya.

Memutuskan lebih baiknya satu makhluk dari yang Iain karena lebih baik asal muasalnya daripada yang Iain adalah argumen yang tertolak.
Inilah argumen yang dipakai lblis, yang -sayangnya- juga dipakai oleh sebagian manusia yang merasa bangga karena garis keturunannya. Padahal Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ قَصَّرَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يَبْلُغ بِهِ نَسَبُهُ

“Siapa yang amalannya kurang, niscaya nasabnya tidak akan menyampaikannya.”

Yang ketiga,
kalaupun manusia itu dari tanah, dia telah menerima tiupan ruh suci yang membuatnya menjadi mulia. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang makhluk manusia ini:

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.” [Q.S. Al Hijr: 29] Dalam ayat ini Allah سبحانه وتعالى mengaitkan sujud dengan ditiupkan ruh (ciptaan-Nya) kepada makhluk itu. Inilah kemuliaan yang tidak dimiliki oleh lblis.

Yang keempat,
Adam diciptakan dengan kedua Tangan Allah سبحانه وتعالى, sebagaimana firman-Nya:

مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ

”Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada makhluk yang telah Aku ciptakan dengan kedua Tangan-Ku❓“

Yang kelima,
andaikata dianggap bahwa Iblis itu lebih baik, maka dapat dikatakan, “Penghormatan dari pihak yang lebih utama kepada yang kurang utama, bukanlah sesuatu yang harus diingkari.”

Itulah uraian yang dipaparkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله membantah analogi yang dilakukan oleh Iblis.³

? BEBERAPA FAEDAH
Di dalam kisah ini terkandung pelajaran dan tanda-tanda (kekuasaan Allah) seperti penetapan sifat Kalam (berbicara) bagi Allah سبحانه وتعالى. Artinya, Allah senantiasa memiliki sifat Mutakallim (Yang Berbicara), mengatakan apa yang dikehendakinya, berbicara dengan sesuatu yang dikehendaki-Nya, kapan Dia menghendakinya, dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Tersirat pula pelajaran bahwa jika seorang hamba belum mengetahui hikmah Allah pada sebagian ciptaan dan perintah-Nya, wajib bagi dirinya untuk tetap tunduk dan menerima. Justru hendaknya dia meragukan akalnya dan harus meyakini adanya hikmah Allah.

Kisah ini menyiratkan pula perhatian Allah terhadap urusan malaikat. Di mana Allah سبحانه وتعالى mengajarkan sesuatu yang tidak mereka ketahui.

Ayat ini juga menerangkan keutamaan ilmu dari beberapa sisi. Pertama, Allah mengenalkan ilmu dan hikmah-Nya kepada malaikat-Nya. Kedua, Allah menunjukkan kelebihan Adam karena ilmunya. Ketiga, Allah memerintahkan mereka sujud kepada Adam, untuk menghormatinya ketika tampak keutamaan ilmunya.

Mengambil pelajaran melalui keadaan bapak moyang manusia dan jin. Serta penjelasan tentang kelebihan Adam, juga karunia Allah kepada beliau, dan permusuhan Iblis kepadanya.

Sebagian ahli hikmah berpendapat bahwa Adam diciptakan dari tanah karena beberapa alasan. Di antaranya ialah agar dia lebih rendah hati, lebih tertutup, lebih dekat ke tanah, karena dia diciptakan untuk menjadi khalifah bagi penduduk bumi. Allah سبحانه وتعالى berfirman:

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khaIifah di muka bumi”. [Q.S. AI Baqarah: 30]

Allahu a’lam.?

?? Sumber ||
Majalah Qudwah Edisi 03

Abu Ammar Ahmad

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Lainnya

  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “والطبيبة النصرانية المأمونة أولى في علاج المرأة من الرجل المسلم ؛ لأنها...
  • Masruq rahimahullah berkata, ﻣﺎ ﻏﺒﻄﺖ ﺷﻴﺌًﺎ ﺑﺸﻲﺀٍ ﻛﻤﺆﻣﻦ ﻓﻲ ﻗﺒﺮه ﻗﺪ ﺃﻣِﻦَ ﻣﻦ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﺳﺘﺮﺍﺡ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ. “Aku...
  • Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu berkisah, ما رأيتُ امراتَيْن قطُّ أجودَ من عائشة وأسماء وجُودهما مختلف: أمَّا عائشة فكانتْ...
  • Dalam Islam, konsep tauhid atau mempersembahkan semua ibadah hanya kepada Allah Ta’ala merupakan aspek sentral yang menjadi landasan seluruh...
  • Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu mengatakan, إذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُك وَبَصَرُك وَلِسَانُك عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَأثْمَ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ،...
  •   “Seorang lelaki bertanya kepada al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah, “يا أبا علي، متى يبلغ الرجل غايته من حب الله...

Kirim Pertanyaan